Monday 12 April 2010

Alasan kematian Yesus

Alasan Kematian Yesus : Suatu tinjauan historis-teologis *

Banyak orang Kristen tidak tahu mengapa Yesus dihukum mati, mengapa Ia harus menghadapi perlawanan yang mematikan. Mungkin jawaban klasik yang selalu kita berikan adalah Yesus mati karena dosa umat manusia atau karena kasih-Nya kepada manusia yang berdosa. Tentunya jawaban itu tidaklah salah, tetapi melalui fakta-fakta yang tertulis dalam Injil Sinoptik kita akan melihat mengapa sampai Ia mendapatkan perlawanan yang begitu radikal dari kaum farisi, para Imam, para ahli Taurat, Pemerintah dan orang-orang pada zaman-Nya.

1. Cara-Nya memasuki Yerusalem di permulaan minggu terakhir pelayanan-Nya (Mark 11: 1-10)
Ia memasuki kota suci dengan menunggang keledai, di tengah teriakan “Hosana! Diberkatilah kedatangan kerajaan nenek moyang kami Daud!”. Ia memasuki kota itu dengan cara yang sengaja meniru Salomo, putra Daud, yang seribu tahun sebelumnya menunggang bagal kerajaan sebagai bagian dari deklarasinya menjadi raja(I Raj 1: 32-40). Tindakan memasuki Yerusalem seperti itu juga adalah jawaban atas nubuat kuno tentang raja yang rendah hati dan dinantikan (Zak 9:9). Tindakan Yesus tidak saja mengingatkan tentang pengharapan kedatangan Anak Daud; respons orang banyak pun mencerminkan penafsiran populer yang sama. Teriakan hosanna mereka yang mengacu pada Maz 118, merupakan pernyataan bahwa Ia yang datang ke Bait Allah “dalam nama Tuhan” tidak lain adalah Daud, yang telah ditetapkan menjadi raja dan pemimpin Israel (Mzm 118:19-27). Peristiwa ini tidak salah lagi menimbulkan anggapan bahwa raja Israel itu adalah Yesus, bukan kaisar. Maka, sejak Ia memasuki Yerusalem, Ia telah ditempatkan pada jalur yang bertabrakan dengan penguasa Romawi.

2. Tindakan-Nya di Bait Allah (Mark 11:15-18)
Tindakan-Nya yang begitu familiar mengacaukan perdagangan dan lalu lintas hewan kurban serta menantang para imam dengan perkataan yang menusuk hati (Mark 11:15-58). “Bukankah ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah Doa…?” Bagian ini dikutip dari Yes 56:7. Tindakan yesus dan pertanyaan-Nya yang merujuk kepada ujaran ilahi Yesaya mengandung arti bahwa para penguasa Bait Allah telah gagal menghidupi panggilan mereka. Bait Allah tidak lagi menjadi tempat doa bagi bangsa-bangsa; ia telah menjadi sarang penyamun. Dalam bagian itu juga Yesus menggunakan kritikan nabi Yeremia dalam pasal 7 sehingga para imam kepala, ahli taurat, dan tua-tua sangat tersinggung oleh perkataan Yesus yang sangat kritis.

3. Penuturan-Nya tentang perumpamaan kebun anggur (Mark 12:1-12)
Yesus menuturkankan perumpamaan ini sebagai jawaban tidak langsung atas pertanyaan yang diajukan kepada-Nya oleh para imam kepala dan para pendukung mereka, yang sangat ingin mengetahui dengan otoritas mana Yesus melakukan hal yang telah Ia lakukan di halaman Bait Allah(Mark 11:27-33). Bahwa Yesus mendasari perumpamaan nabi Yesaya tentang kebun anggur adalah hal yang cukup tidak menyenangkan, karena memperingatkan Israel tentang penghukuman yang akan segera tiba sebagai imbala atas kegagalan mereka memperjuangkan keadilan (Yes 5:1-7). Para imam kepala jengkel karena mereka sangat paham bahwa perumpamaan yesaya dimengerti tertutama sebagai sesuatu yang ditujukan untuk menantang peraturan Bait Allah. Maksud yesus sukar untuk diabaikan karena pemberontakan mereka melawan Allah, terutama dalam rencana mereka untuk membunuh Anak-Nya sendiri, para penguasa itu harus menghadapi penghukuman.



4. Pengurapan-Nya oleh seorang perempuan (Mark 14:3-9)
Pengurapan yang dilakukan perempuan itu merupakan pengurapan mesianik, di mana Yesus juga sangat memahami diri-Nya sebagai Mesias atau Raja Israel. Hal penting dalam peristiwa ini adalah segera setelah Yesus diurapi oleh perempuan itu dengan minyak, Yudas Iskariot pergi untuk mengkhianati gurunya (Mark 14:10-11). Tindakan perempuan ini sangat mungkin telah dilaporkan kepada para imam kepala, yang kepada mereka Yudas mengajukan penawarannya. Kemungkinan besar Yudas tidak hanya mendapatkan bayaran dengan memimpin para perwira dan tukang pukul imam-imam kepala ke tempat yesus berdoa secara pribadi, ia juga pasti memberikan kesaksiannya tentang apa yang Yesus telah ajarkan dan bagaimana anggapan para pengikut-Nya tentang diri-Nya. Pengurapan perempuan tersebut kepada Yesus terlalu penting untuk dilewatkan karena memberikan lebih banyak alas an untuk menghancurkan Yesus.

Sebuah Refleksi
Kehadiran Yesus di tengah-tengah komunitas Yahudi dan pemerintah pada saat itu merupakan “ancaman” yang serius bagi mereka baik secara budaya, agama, maupun politik. Berbagai cara mereka lakukan untuk menyingkirkan “Sang Kebenaran” itu. Hal yang tidak dapat dipungkiri juga bahwa kadang kala hidup kita juga diliputi dengan ancaman-ancaman yang bisa saja membawa kita kepada kebaikan atau kehancuran. Sesungguhnya seandainya para imam kepala dan kaum yahudi mengerti bahwa sesungguhnya Yesus yang mereka sebut sebagai “ancaman” bukanlah ancaman yang membawa mereka kepada kehancuran tetapi kepada kehidupan yang dibangun dan dikembalikan kepada jalan yang benar, pastilah mereka menyikapi ancaman itu lebih bijaksana. Yesus memberikan kritikan dan pengharapan kepada manusia yang didasarkan pada kasih sayang dan kemurahan untuk mengembalikan kita kepada citra gambar Allah yang dikehendaki Bapa-Nya. Kematian Kristus bukanlah membawa kita kepada kematian tetapi kepada kehidupan yang kekal di surga. Oleh sebab itu maukah kita dalam memperingati kematian dan kebangkitan-Nya mau dikritik oleh Tuhan? Kita percaya bahwa kritikan Tuhan bukanlah kritikan yang menjatuhkan tetapi senantiasa membangun iman dan cinta kasih kita kepada Tuhan. Bukankah firman-Nya dalam Ibr 12:6“…karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak ?” Amen. Soli Deo Gloria!
* Disadur dari buku:“Jesus, The Final Days: What Really Happened” Rev. Prof.Craig Evans,Ph.D.

No comments:

Post a Comment