Thursday 13 October 2011

Book Review James W.Thompson

Book Review “Pastoral Ministry According To Paul” James W. Thompson: Baker Academic, Grand Rapids, Michigan, 2006

Buku Pastoral Ministry According To Paul yang dikarang oleh James Thompson merupakan salah satu referensi buku pegangan bagi seorang pelayan yang terlibat dalam pelayanan pastoral, khususnya Penulis membawa pembaca untuk mendalami bagaimana Paulus dalam mendefinisikan, menyikapi dan melakukan pelayanan pastoral itu sendiri kepada jemaat-jemaat yang dilayani. Buku ini dibagi dalam lima bab, di mana setiap bab memberikan beberapa gambaran pelayanan Paulus kepada beberapa jemaat yang pernah dikunjungi atau pernah mendapatkan surat penggembalaan dari Paulus sendiri.

Dalam Bab I, Penulis membawa kita untuk lebih mendalami dan menemukan rumusan pemikiran Paulus dalam memahami pelayanan penggembalaan, yang meskipun penulis menyadari untuk menemukan suatu pemahaman Paulus tentang pelayanan penggembalaan tidaklah mudah karena kita diperhadapkan kepada beberapa faktor, misalnya : 1) kita tidak menemukan satu defenisi yang baku tentang pelayanan penggembalaan Paulus. 2) Rekan-rekan sekerja Paulus kadangkala tidak sejalan dengan konsep pelayanan Paulus. 3) Kita menghadapi tantangan hermeneutik dengan pelayanan Paulus dalam konteks/zaman sekarang. Kemudian dalam bab ini kita diperhadapkan juga dengan beberapa pandangan-padangan para teolog menyangkut dengan Teologi penggembalaan menurut Paulus.

Dalam Bab II, Penulis memaparkan tentang penggembalaan Paulus kepada Jemaat di Filipi dan Tesalonika, di mana kedua jemaat tersebut memiliki situasi dan kondisi yang berbeda. Beberapa hal yang menjadi penekanan Paulus dalam menggembalakan jemaat melalui surat yang ditulisnya yaitu, supaya jemaat di Filipi tetap memelihara kesatuan dan tetap sukacita dalam menjalani hidup. Di mana hal ini menjadi salah satu kekuatan jemaat untuk mengalami pertumbuhan dan perubahan yang dikerjakan di dalam Tuhan Yesus Kristus.

Paulus dalam pelayanannya kepada jemaat Filipi memberikan keseriusannya dalam hal dia berdoa sungguh-sungguh kepada Tuhan dan memberikan kasihnya kepada jemaat. Dan Paulus menasehati jemaat Filipi supaya tetap berdiri bersama-sama dalam melewati akan tantangan dan perjuangan kehidupan. Paulus juga senantiasa membawa jemaat di Filipi untuk berpikir dalam kekekalan, bahwa sesungguhnya suatu saat dalam kedatangan Kristus yang kedua kali mereka akan diubah dalam tubuh kemuliaan.

Kemudian Penulis memaparkan tentang Pelayanan Paulus kepada Jemaat di Tesalonika. Di awal suratnya dia menjelaskan bahwa sesungguhnya pelayanannya itu bukan didasarkan kepada kekuatannya sendiri tetapi berdasarkan kuasa Roh Kudus. Paulus adalah model dari perubahan yang dijalani oleh jemaat di Tesalonika, seperti dia berbagian dalam penderitaan Kristus, dia menyangkal kepentingannya sendiri dan membagikan kuasa dari kebangkitan Kristus, mempersembahkan sebuah perubahan hidup dalam hal bersikap dan juga ia mengharapkan perubahan itu terjadi di dalam jemaat Tesalonika

Gambaran Paulus mengenai kehidupan jemaat bahwa hidup antara zaman sekarang dengan Karya Allah dalam menetapkan hari kedatangan Kristus nampaknya ini yang menjadi pusat teologi penggembalaan, hal ini bisa dilihat dalam surat Paulus kepada Jemaat di Filipi dan Tesalonika untuk membangun gereja.

Dalam Bab III, Penulis memaparkan tentang Surat Galatia yang menjadi jawaban dalam menghadapi pergumulan zaman khususnya dalam konteks sekarang. Penulis mengambil persoalan tentang pemahaman Paulus tentang anthropology dan Problema perubahan yang terdapat di dalam Jemaat Galatia. Misalnya jemaat di Galatia mendapat pemahaman bahwa melakukan hukum Taurat dapat menyelamatkan. Kemudian masih ada di antara mereka yang hidup dalam kedagingan atau kembali kepada masa lalu mereka. Penulis juga menggambarkan situasi jemaat di Galatia yang banyak menentang pemahaman jemaat yang tidak sesuai dengan iman Kristen. Paulus berbicara tentang buah-buah Roh sebagai salah satu kekuatan dalam membangun kehidupan berjemaat

Dalam Bab IV, Penulis membahas surat Paulus kepada Jemaat di Roma, di mana surat ini sarat dengan pengajaran-pengajaran yang kelak menjadi dasar teologi Paulus. Teologi pastoral di Roma adalah bukti keterkaitan antara artikulasi misinya dengan argument suratnya, di mana yang direncanakan untuk mendukung kerinduan besar Paulus, yaitu memberitakan Injil di kota Roma. Teologi Paulus dalam surat Roma memasukkan tidak hanya penerimaan orang berdosa tetapi juga pemulihan kepada orang berdosa yang hidup dalam iman. Jadi melalui Yesus disalib Allah telah mengalahkan dosa. Melaui surat Roma Paulus memberikan sebuah framework yang harus dijalani oleh jemaat di Roma kalau mereka mau mengalami perubahan-perubahan di dalam Kristus

Dalam Bab V, Penulis membahas tentang Membangun jemaat yang didasarkan pada surat Paulus kepada Jemaat di Korintus. Khusus dalam surat Paulus yang kedua kepada Jemaat di Korintus, dia menghadapi orang-orang yang meragukan kerasulannya, mereka memfitnah Paulus, tetapi Paulus tetap tegar dan malah memberikan sebuah pembelaan disertai bukti keteladanan hidup Paulus. Hal inilah yang menjadi power pelayanan Paulus dan menjadi kesaksian hidup bagi jemaat.

Dalam Bab yang terakhir Penulis memberikan sebuah konklusi model pelayanan Paulus yang bisa diterapkan dalam masa kini, antara lain :

1. Orientasi pelayanan Paulus melihat kehidupan yang akan datang (eskatology)

2. Penekanan pelayanan Paulus adalah kepada kehidupan formasi spiritual yang menjadi salah satu penentu perkembangan pelayanan pastoral yang terus mengalami progresif

Moralitas kehidupan gereja harus terus mengalami perubahan secara kontinyu, tugas gereja tidak hanya menerima anugerah Allah, tetapi juga menyatakan pembenaran di dalam Kristus karena dosa tidak lagi berkuasa.

Kemudian salah satu penegasan penulis dalam strategi pelayanan pastoral yang ditawarkan dalam bab terakhir adalah: Pengajaran yag kontinyu menjadi pusat dalam mendirikan jemaat yang terus mengalami pertumbuhan

Melalui buku ini ada banyak pemikiran-pemikiran khususnya menyangkut teology Paulus dalam sumbangsihnya kepada pelayanan pastoral dalam konteks masa kini. Misalnya ketika Paulus menulis suratnya kepada jemaat-jemaat atau langsung terjun ke medan pelayanan, Paulus menyesuaikan konteks tempat pelayanannya. Dalam hal ini Paulus melayani dan menjawab apa yang menjadi kebutuhan jemaat, misalnya jemaat di Korintus menghadapi masalah perselisihan antara golongan-golongan yang terjadi di dalam jemaat. Hal ini bisa diselesaikan oleh Paulus, sehingga persoalan yang terjadi tidak merusak kehidupab berjemaat. Oleh sebab itu prinsip pelayanan penggembalaan paulus dalam surat Korintus dapat menjadi model bagi para gembala, karena persoalan yang terjadi di jemaat Korintus merupakan persoalan klasik yang terjadi di banyak gereja sekarang. Kemudian juga ketika Paulus menghadapi akan para penentangnya, khususnya kepada mereka yang tidak setuju dengan pekerjaan Paulus untuk menebarkan Injil, hal ini dijalani Paulus dengan sabar dan senantiasa memberikan kasih kepada mereka. Tentunya keteladanan ini menjadi bagian penting dalam kehidupan para pelayan untuk menghadapi setiap para penentang kita dengan sabar dan penuh kasih, supaya mungkin dengan jalan seperti itu mereka juga boleh menerima Kristus sebagai Tuhn dan Jurselamat.

Melalui buku ini juga, kita dibawa untuk memahami apa yang menjadi dasar-dasar/prinsip-prinsip penggembalaan Paulus, khusunya ketika Paulus berbicara tentang perubahan hidup yang menjadi salah satu indicator pertumbuhan dan perkembangan gereja, yang tentunya perubahan itu didasarkan kepada pekerjaan Yesus Kristus.

Buku ini juga telah memberikan sebuah eksposisi dari beberapa surat Paulus yang telah dijelaskan dari pasal ke pasal, yang tentunya hal ini menjadi sumbangan yang baik dalam pelayanan Pastoral sebagai arahan dalam menghadapi berbagai problematika baik itu menyangkut jemaat maupun gembala itu sendiri.

Penulis juga memberikan penekanan secara tidak langsung bahwa ternyata dalam penggembalaan Paulus tidak pernah terlepas dari pokok-pokok iman Kristen atau doktrin-doktrin iman Kristen di mana hal ini menjadi kekuatan besar untuk menuntun jemaat dalam menghadapi berbagai macam pemikiran-pemikiran yang berkembang. Kemudian perlunya senantiasa mengupdate akan metode-metode pelayanan yang kita pakai, karena setiap metode tidak selalu tepat dan efektif untuk setiap zaman.