Tuesday 28 July 2015

Allah mencari yang sudah lalu

Allah mencari yang sudah lalu
Mengawali kesaksian ini, saya ingin mengutip firman Tuhan dalam Pengkhotbah 3: 14-15 yang berkata:  Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dilakukan Allah akan tetap ada untuk selamanya; itu tak dapat ditambah dan tak dapat dikurangi; Allah berbuat demikian, supaya manusia takut akan Dia.  15 Yang sekarang ada dulu sudah ada, dan yang akan ada sudah lama ada; dan Allah mencari yang sudah lalu. Melihat ke masa lalu bisa saja menjadi sesuatu yang baik, lucu, menakutkan dan bisa saja menyakitkan.  Dan bagi saya bersaksi merupakan salah satu pembelajaran, bahan evaluasi dan cara untuk mengucap syukur dalam melihat masa lalu, masa kini dan menatap masa depan supaya hidup yang saya jalani senantiasa seturut dengan rencana-rencana Tuhan.   Kebetulan ketika saya mempersiapkan kesaksian ini, saya mendapat sms dari salah seorang keluarga di Sulawesi mengabarkan bahwa Ayah teman saya sudah dipanggil ke Rumah Bapa di Surga. Ketika saya membaca sms tersebut pikiran dan hati saya langsung tertuju kepada ayah teman saya tesebut. Karena almarhum merupakan aktifis di gereja ketika saya masih Sekolah Minggu. Candaan beliau, pelayanan beliau, dan karya-karyanya masih teringat dalam pikiran saya.  Seandainya saya diberikan kesempatan untuk bertemu dengannya, saya akan mengucapkan terimakasih atas jerih payah dan karya-karyanya untuk perkembangan gereja yang ada di daerah saya. Hal ini secara tidak langsung membawa pikiran saya ke masa lalu mencari apa-apa saja yang baik yang perlu saya terus kerjakan menyangkut dengan karya pelayanan dari teman saya tersebut.
            Saya merasa hidup itu selalu mengalami pengulangan-pengulangan sehingga benarlah apa yang Tuhan katakan bahwa di bawah kolong langit ini tidak ada sesuatu yang baru (Pengkhotbah 1:9-10). Ketika saya memutuskan masuk di seminary di saat umur saya masih 17 tahun, bagi saya itu sesuatu yang baru.  Tetapi di mata gereja itu bukanlah hal yang baru karena sebelumnya sudah ada beberapa anak muda yang masuk seminary dari gereja asal saya. Apalagi di hadapan Tuhan, bagi Tuhan itu bukanlah sesuatu yang baru dan bukanlah berita yang mengagetkan bagi Dia.  Dalam pemahaman iman subjektif saya, Tuhan sudah mengatur hidup saya jauh sebelum saya diciptakan dan Tuhan sudah sekian tahun menunggu sampai saya memutuskan masuk ke seminary. ALLAH MENCARI YANG SUDAH LALU. 

            Seringkali mengenang masa-masa itu memiliki kekuatan dan penghiburan tersendiri ketika mengalami dinamika dalam pelayanan.  Benarlah sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa “hamba Tuhan juga manusia”.  Saya pernah ingin lari dari pelayanan.  Seolah-olah ingin mengatakan bahwa ternyata saya salah mengambil keputusan menjadi hamba Tuhan.  Tetapi ketika mengenang “masa lalu” saya ketika memutuskan menjadi hamba Tuhan, saya kembali dikuatkan.  Sepertinya momentum awal itu kembali berbisik dalam hati saya bahwa saya tidak akan bisa lari karena Tuhan pasti akan mengejar saya.  Mencari saat-saat yang sudah berlalu sepertinya cara Tuhan memproses saya.  Bagaimana hasrat dan passion saya untuk menjadi hamba Tuhan kembali disegarkan.  Dan saya percaya apa yang Paulus pernah katakan kepada jemaat di Filipi ““Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan bagiku”,  itulah yang Tuhan cari.  Harapan dan doa saya apa yang Tuhan cari dalam hidup saya yang sudah lalu, kini dan ke depannya,  kiranya akan Dia dapatkan sampai ajal menjemputku kelak.  Amen.