Friday 3 April 2020

DOA dan HARAPAN

DOA DAN HARAPAN
Matius 26:39
“Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa kata-Nya :Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Ku kehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.”

Kadangkala dalam kesendirian membuat kita lebih perhatian dengan sesuatu, minimal di sana kita belajar mendengarkan apa yang masuk ke dalam hati, pikiran dan perasaan kita. Namun dalam kesendirian tidak bisa juga dipisahkan dengan bercakap-cakap, entah itu dengan diri sendiri atau kepada TUHAN. Dalam percakapan itu apa yang kita dengar dapat dipertanyakan, dikembangkan, dibuat lebih spesifik dan bisa dibuat lebih aplikatif sesuai dengan situasi kita. Inilah doa yang mencari terang yang lebih besar, doa yang terus menerus mencari apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam dirinya. Henri Nouwen mengatakan bahwa “Doa adalah ekspresi dari sebuah pengharapan”. Doa yang mencari adalah doa yang penuh harapan.

Seminggu lagi, tepatnya Tgl. 10 April 2020  kita akan memperingati hari Jumat Agung, kematian Yesus Kristus di Bukit Golgota. Doa di Taman Getsemani mengingatkan kita kembali sebuah pergumulan yang tidak mudah bagi Yesus yang sebentar lagi menuju perjalanan Salib. Namun doa yang dipanjatkan bukanlah doa kekalahan, pasrah dan bingung mau lakukan apa. Tetapi itu merupakan sebuah doa pengharapan supaya melalui kehidupan doa-Nya, timbul sebuah pencarian akan pengharapan yang besar untuk misi Bapa-Nya yang akan digenapi melalui Diri-Nya. Doa ini tidak mengharapkan Tuhan ikut campur tangan dan mengubah kedaan secara ajaib; harapannya sangat berbeda.  Harapan-Nya adalah mendapat pengertian apa yang ada di hati Bapa-Nya, mencoba memahami tujuan Bapa-Nya dan mencoba memahami apa yang Bapa pedulikan dalam menggenapi kehendak-Nya. Doa yang kelihatannya hanya fokus kepada diri sendiri, tetapi sesungguhnya tidaklah demikian, tetapi ada sebuah narasi besar yang ada di hati Yesus yaitu keselamatan umat manusia dari dosa-dosa mereka. 

Kiranya doa Getsemani akan terus berkobar dalam diri kita sebagai anak muda untuk menyalakan PENGHARAPAN bagi dunia yang penuh dengan keterbatasan dan kegalauan.  Dari HARAPANlah kita menemukan banyak makna hidup, karena bahaya yang paling besar dibanding dengan derita raga adalah HILANGNYA HARAPAN. Orang yang kehilangan harapan kadangkala seringkali bersikap ceroboh, tidak peduli, dan bahkan bengis sehingga dapat memperparah keadaan. Oleh sebab itu marilah kita berkata seperti pemazmur 42: 12 : “Mengapa engkau tertekan hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!” Amen 

No comments:

Post a Comment