Refleksi
Hari Reformasi : Gereja KIBAID OTW PGI
(By:
Jaffray Sandang)
Setiap tiba tanggal 31 oktober, gereja-gereja
diingatkan kembali perjuangan Marthin Luther dan rekan-rekannya dalam
mengembalikan beberapa doktrin yang pada waktu itu mengalami penyelewengan
dalam memberlakukan dan menafsirkan Alkitab. Akibat penafsiran yang keliru berdampak
kepada praksis kehidupan umat dan kehidupan bergereja. Salah satu di antaranya
Alkitab hanya dimiilki oleh para elit rohaniawan saja, dan otomatis setiap
kebijakan-kebijakan strategis gereja sudah pasti tidak melibatkan jemaat biasa.
Marthin Luther melakukan sebuah terobosan dan mengembalikan apa yang sudah pernah
dipraktekkan oleh gereja. Sehingga ada yang mengatakan reformasi sesungguhnya
bukanlah menciptakan sesuatu yang baru tetapi mengembalikan apa yang sudah
pernah ada dalam sejarah masa lampau gereja untuk dihidupkan kembali pada masa
kini.
Sebuah ungkapan klasik dalam bahsa Latin yang
senantiasa diidentikkan dengan reformasi gereja adalah “semper reformanda (always
reforming)/memperbaharui diri” menjadi nafas dari setiap perjalanan gereja
baik itu secara Lembaga maupun secara individu. Dalam bahasa Rasul Paulus kepada jemaat di Korinstus “dibaharui dari
sehari ke sehari”(2 Kor. 4:16b). Ketika gereja tidak punya niat dan tekad yang
tulus untuk memperbaharui diri semakin lebih baik akan menjadi gereja yang mati
dan tidak meninggalkan legacy untuk dunia. Membaharui diri dari sehari ke
sehari tentunya bukanlah sesuatu yang liar dan tanpa rancang bangun yang jelas.
Semuanya harus berakar dan terikat terhadap kesetiaan terhadap Alkitab seperti
apa yang telah dikumandangkan oleh Marthin Luther (Sola Scriptura).
Apa hubungannya gereja KIBAID dengan hari reformasi? Mungkin
secara formal administrasi gereja KIBAID tidak menempatkan tanggal 31 Oktober
sebagai hari yang sakral yang perlu diperingati setiap tahunnya. Namun diakui atau
tidak diakui seperti apa yang Alister McGrath jelaskan dalam bukunya “Sejarah
Pemikiran Reformasi” bahwa akar gereja yang beraliran kaum Injili sesungguhnya
memiliiki keterkaitan dengan akar reformasi yang dilakukan oleh Marthin Luther
yang mengembalikan INJIL sebagai harta kekayaan gereja yang perlu mendapatkan
tempat yang sesungguhnya dan menjadi pelita dalam menerangi setiap jalan-jalan
hidup umat-Nya dan praktek bergereja. Gereja KIBAID yang memiliki akar tradisi
puritanisme, pietisme, dan fundamentalisme Penginjilan telah menemani gereja
ini sampai sekarang. Terlepas dari jatuh bangunnya dalam membangun iman baik itu
secara lembaga maupun secara individu telah membawa gereja ini terus membaharui
diri dari sehari ke sehari dengan terbuka terhadap berbagai macam perubahan dan
tetap mempertahankan identitassnya sebagai gereja INJILI.
Sebuah keniscayaan gereja yang
mempraktekkan “semper reformanda” membuka ruang dialog dan berinteraksi dengan
berbagai macam aspek kehidupan, baik itu yang sealiran teologi maupun yang
berbeda aliran teologi. Salah satu strategi Gereja KIBAID dalam mengefektifkan
Penginjilan tertuang dalam renstra 2022-2027 halaman 32 adalah bergabung menjadi anggota
Organisasi PGI. Sebuah organisasi yang tahun ini memasuki usia yang ke-74 telah
berkiprah di Indonesia sebagai wadah untuk berdialog dan mempertemukan Gerakan Oikumene.
Dalam banyak dokumen-dokumen yang dikeluarkan oleh PGI sangat kental terkait
dengan gerakan oikumene menghargai perbedaan dan menyatukan apa yang bisa
disatukan dalam bingkai Kristus yang adalah Kepala Gereja.
Logo PGI dan Logo Sidang Raya PGI yang Ke-18 pada Tgl
8-14 November 2024, salah satunya menggunakan simbol perahu yang membawa muatan
iman, persekutuan, dan pengharapan. Hal ini tersirat bahwa setiap orang yang
ada di dalam perahu tersebut memiliki iman yang sama, bersekutu bersama-sama dan
memiliki pengharapan yang sama. Kalau tidak ada halangan Gereja KIBAID secara
administrasi akan bergabung dalam perahu yang sama, yang rencananya akan
diresmikan sebagai anggota PGI dalam Sidang tahun ini di Toraja Utara. Namun bukan
berarti selama ini Gereja KIBAID tidak memiliki iman, persekutuan dan
pengharapan bersama gereja-gereja yang lainnya, karena sebagaimana tertuang dalam
pengakuan iman Gereja KIBAID bahwa mengakui Gereja itu Kudus dan Am. Secara hakekat
Gereja KIBAID mengakui dan terikat dengan gereja-gereja lainnya di seluruh
dunia dalam sepanjang abad dan tempat di mana Kristus sebagai Kepala Gereja.
Tentunya banyak masukan, komentar, pertanyaan terkait
bergabungnya Gereja KIBAID dalam wadah PGI. Akankah membuat Penginjilan yang
merupakan roh Gereja KIBAID akan semakin efektif ? ataukah ini hanya sebagai
penegasan bahwa secara formal kita juga pengen berjuang bersama-sama dalam satu
perahu untuk mewujudkan apa yang menjadi visi misi PGI?. Ataukah ini hanya
sebatas wadah untuk membangun ruang dialog antardenominasi demi memperkaya iman
dan strategi pelayanan? Ataukah sudah waktunya Gereja KIBAID memperluas sayapnya
untuk lebih terbuka lagi dalam membangun mitra dan kerjasama dalam mewujudkan visi
misi gereja KIBAID ? ataukah ada yang lain? Tentunya pertanyaan ini tidak ditujukan
hanya kepada pejabat gerejawi atau pejabat organisasi karena semper reformanda
itu harusnya menjadi spirit setiap orang percaya. Pesta Sidang Raya PGI yang
ke-18 merupakan pesta rohani yang telah melibatkan seluruh warga KIBAID dalam
mendoakan dan mengambil bagian dalam hal memberikan rupiahnya sesuai arahan
dari Pengurus Sinode. Semoga ke depannya kehadiran Gereja KIBAID akan lebih lagi
dalam mengefektifkan kehadirannya sebagai Gereja Injili untuk memberikan semangat
kebersamaan dan semangat oikumene demi Injil Kerajaan Allah.
Semoga semangat semper reformanda akan menemani
perjalanan Gereja-Nya baik sebagai Lembaga maupun sebagai individu agar API
INJIL akan terus menyala demi jiwa-jiwa yang perlu dilayani, diteguhkan dan dipersembahkan
kepada Kristus yang adalah Kepala Gereja. Selamat Bersidang bagi yang memiliki
undangan. Selamat berkarya bagi Panitia sidang Raya PGI yang Ke-18. Selamat berdoa
bagi yang mengetahui sidang ini. Semoga semua dapat berjalan dengan baik dan
menghasilkan keputusan yang baik untuk kemajuan gereja demi memberkati
Indonesia dan Dunia. Amen
No comments:
Post a Comment