Allah mencari yang sudah lalu
Mengawali kesaksian ini, saya
ingin mengutip firman Tuhan dalam Pengkhotbah 3: 14-15 yang berkata: Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dilakukan Allah akan
tetap ada untuk selamanya; itu tak dapat ditambah dan tak dapat dikurangi;
Allah berbuat demikian, supaya manusia takut akan Dia. 15 Yang sekarang ada dulu sudah
ada, dan yang akan ada sudah lama ada; dan Allah mencari yang sudah lalu. Melihat ke masa
lalu bisa saja menjadi sesuatu yang baik, lucu, menakutkan dan bisa saja
menyakitkan. Dan bagi saya bersaksi
merupakan salah satu pembelajaran, bahan evaluasi dan cara untuk mengucap
syukur dalam melihat masa lalu, masa kini dan menatap masa depan supaya hidup
yang saya jalani senantiasa seturut dengan rencana-rencana Tuhan. Kebetulan ketika saya mempersiapkan
kesaksian ini, saya mendapat sms dari salah seorang keluarga di Sulawesi
mengabarkan bahwa Ayah teman saya sudah dipanggil ke Rumah Bapa di Surga.
Ketika saya membaca sms tersebut pikiran dan hati saya langsung tertuju kepada
ayah teman saya tesebut. Karena almarhum merupakan aktifis di gereja ketika
saya masih Sekolah Minggu. Candaan beliau, pelayanan beliau, dan karya-karyanya
masih teringat dalam pikiran saya. Seandainya
saya diberikan kesempatan untuk bertemu dengannya, saya akan mengucapkan
terimakasih atas jerih payah dan karya-karyanya untuk perkembangan gereja yang
ada di daerah saya. Hal ini secara tidak langsung membawa pikiran saya ke masa
lalu mencari apa-apa saja yang baik yang perlu saya terus kerjakan menyangkut
dengan karya pelayanan dari teman saya tersebut.
Saya merasa hidup itu selalu mengalami
pengulangan-pengulangan sehingga benarlah apa yang Tuhan katakan bahwa di bawah
kolong langit ini tidak ada sesuatu yang baru (Pengkhotbah 1:9-10). Ketika saya
memutuskan masuk di seminary di saat umur saya masih 17 tahun, bagi saya itu
sesuatu yang baru. Tetapi di mata gereja
itu bukanlah hal yang baru karena sebelumnya sudah ada beberapa anak muda yang
masuk seminary dari gereja asal saya. Apalagi di hadapan Tuhan, bagi Tuhan itu
bukanlah sesuatu yang baru dan bukanlah berita yang mengagetkan bagi Dia. Dalam pemahaman iman subjektif saya, Tuhan
sudah mengatur hidup saya jauh sebelum saya diciptakan dan Tuhan sudah sekian
tahun menunggu sampai saya memutuskan masuk ke seminary. ALLAH MENCARI YANG
SUDAH LALU.
Seringkali mengenang masa-masa itu memiliki kekuatan dan
penghiburan tersendiri ketika mengalami dinamika dalam pelayanan. Benarlah sebuah ungkapan yang mengatakan
bahwa “hamba Tuhan juga manusia”. Saya
pernah ingin lari dari pelayanan.
Seolah-olah ingin mengatakan bahwa ternyata saya salah mengambil
keputusan menjadi hamba Tuhan. Tetapi
ketika mengenang “masa lalu” saya ketika memutuskan menjadi hamba Tuhan, saya
kembali dikuatkan. Sepertinya momentum
awal itu kembali berbisik dalam hati saya bahwa saya tidak akan bisa lari
karena Tuhan pasti akan mengejar saya.
Mencari saat-saat yang sudah berlalu sepertinya cara Tuhan memproses
saya. Bagaimana hasrat dan passion saya
untuk menjadi hamba Tuhan kembali disegarkan.
Dan saya percaya apa yang Paulus pernah katakan kepada jemaat di Filipi
““Karena bagiku hidup adalah
Kristus dan mati adalah keuntungan bagiku”, itulah yang Tuhan cari. Harapan dan doa saya apa yang Tuhan cari
dalam hidup saya yang sudah lalu, kini dan ke depannya, kiranya akan Dia dapatkan sampai ajal
menjemputku kelak. Amen.